Kondisi harga emas yang menurun (bearish) membuka peluang maraknya pembelian atas aksi beli setelah harga jatuh. Produksi dan konsumsi Emas meningkat bahkan mencapai rekor tertingginya. Penjualan emas didominasi perhiasan dan batangan, ditengah perpindahan arus investasi global dari Barat ke Timur. Kemampuan Cina mempertakankan konsumsinya, akan membuat harga emas bisa naik (bullish) dalam waktu yang lama nantinya. Turunnya harga emas, terbesar sejak 1981 saat ini semakin membuka peluang dilakukannya aksi beli. Kebijakan The Federal Reserve AS untuk mengurangi besaran dana yang digunakan dalam melakukan pembelian obligasi AS semakin menekan harga emas pula. Harga emas sepanjang 2013 mengalami penurunan sebesar 28 persen mengakhiri reli panjang tahunan selama 12 tahun ini, dipengaruhi oleh menguatnya Dolar AS paska perubahan kebijakan moneter The Fed. Harga emas diawal Februari mengalami kenaikan, reli dalam dua pekan ke harga $1,272.87 atau terpaut 34 persen dari harga tertinggi dari yang ada di $1,921.15 yang tercatat pada September 2011, dan mencatat kenaikan 5.6 persen di tahun 2014 ini. Sepanjang bulan Januari, harga emas naik 3.2 persen dan ini menjadi catatan kinerja bulanan yang berakhir positif sejak Agustus silam setelah harga emas turun, ditengah anjloknya indek bursa global. Indek Saham MSCI turun 4.1 persen atas aksi jual yang melanda pasar-pasar saham di negara-negara berkembang. Setidaknya pasar dalam negeri Cina masih memberikan peluang yang lebih baik – disaat pasar saham global melemah dan pemerintah Cina sendiri juga mendorong aktifitas investasi dalam negeri khususnya di sektor pengembang. Sektor ini menjanjikan perkembangannya sehingga emas juga mengikuti prospek cerah bisnis property di Cina. kredit: financeroll.co.id